Sesungguhnya agama islam memerintahkan agar berserah diri dan ikhlas
kepada Allah SWT. Kita sebagai manusia agar percaya diri dan tidak putus
asa untuk terus mencari rahmat Allah. Banyak manusia yang cepat putus
asa bahkan melampiaskanya dengan bunuh diri,atau minum minuman keras,dan
hal negatif lainya, hal itu disebabkan karena pemikiranya yang dangkal
dan jauh dari nilai – nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an. Kita
sebagai manusia wajib ikhtiar, karena semua masalah pasti ada jalan
keluarnya.
Lalu bagaimanakah sebenarnya Konsep percaya diri dalam ajaran Islam itu?Mari kita simak saja.....
Optimisme adalah sebuah keyakinan yang akan membawa pada pencapaian
hasil. Tidak ada yang bisa diperbuat tanpa harapan dan percaya diri.
Seorang yang bermental sebagai seorang pemenang, ia akan memiliki rasa
percaya diri, ia bersungguh-sungguh dan yakin akan usahanya tersebut.
Inilah sisi lain dari makna tawakal. Setiap kali ia diterpa oleh badai
tantangan, segeralah ia memperbaiki dan dan membenahi diri, melakukan
evaluasi lahir bathin seraya melemparkan pertanyaan yang membedah hati
nuraninya. Dalam segala hal dia tidak pernah mencari kambing hitam dan
tidak ada kamus “pesimis” karena tidak akan menolong dirinya kecuali
menambah beban untuk mengatasi persoalan yang dihadapinya.
Kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi
penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Tanpa adanya
kepercayaan diri maka banyak masalah akan timbul pada manusia. Dengan
adanya rasa percaya diri maka seseorang akan mudah bergaul. Menghadapi
orang yang lebih tua, lebih pandai maupun lebih kaya, mereka tidak malu
mau pun canggung. Mereka akan berani menampakkan dirinya secara apa
adanya, tanpa menonjol-nonjolkan kelebihan serta menutup-nutupi
kekurangan. Ini disebabkan orang-orang yang percaya diri telah
benar-benar memahami dan mempercayai kondisi dirinya, sehingga telah
bisa menerima keadaan dirinya apa adanya.
Alloh SWT berfirman dalan Qs Yusuf ayat 78,Artinya
Hai anak-anakku, pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”(Q.S
Yusuf: 87)
Hai anak-anakku, pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya(pangkal ayat 87).
dengan perintah Beliau seperti ini kepada anaknya bertambah nampaklah
kepastian dalam hati beliau bahwa mereka masih ada.dan beliau tegaskan
lagi “dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”[1]
Siapakah orang-orang yang percaya diri dan tidak putus asa itu, dan
kepada siapakah yang berhak memberi perintah agar percaya diri dan tidak
putus asa tersebut? Perlu kita ketahui bersama bahwa sesungguhnya agama
islam memerintahkan kepada kita semua agar kita percaya diri dan tidak
putus asa dalam mencari rahmat dan hidayah Allah SWT. Kita sebagai
manusia wajib ikhtiar kepada Allah SWT karena semua masalah pasti ada
jalan keluarnya.
Sebagaimana pesan Nabi Yakub As kepada anak-anaknya dalam mencari
saudaranya Yusuf serta Bunyamin. Pada ayat tersebut diatas pesan nabi
Yakub As bukan saja memerintahkan kepada anak-anaknya untuk terus
berharap dan percaya diri serta tidak putus asa dalam mencari
saudaranya, tetapi ada pesan kepada kita semua agar percaya diri dan
tidak putus asa dalam mencari rahmat Allah SWT.
Kata “Rauh” dari ayat tersebut lebih dalam makna dan takaranya
serta lebih banyak kandunganya, didalamnya mengandung naungan tempat
beristirahat dari musibah yang mencekik dengan apa yang menghibur
jiwa[2]. Maka dari itu orang-orang yang beriman selalu berhubugan dengan
Allah, raga dan bathin mereka selalu disirami dengan ruh Allah yang
menghidupkan dan menyemangatinya. Mereka itu tidak pernah putus asa dari
rahmat Allah, walaupun mereka diliputi oleh segala musibah yang
menghampirinya, karena mereka dalam ketenangan kepercayaan terhadap
Allah SWT.
Dari ayat diatas juga penulis berpendapat bahwa Yakub sebagai orang
tua yang tentunya banyak memiliki pengalaman dan kesabaran juga ilmu
yang tinggi. Penulis berpendapat bahwa pesan percaya diri dan tidak
putus asa bukan saja ditunjukan bagi orang tua kepada anaknya, orang
yang lebih tua kepada yang lebih muda tetapi juga pesan yang disampaikan
dari orang yang berilmu baik tua ataupun muda.
Kenapa kita harus percaya diri dan tidak putus asa? Tidak banyak orang
yang sadar bahwa kehidupan seseorang sangat ditentukan oleh cara
berfikirnya. Apabila ia berfikir atau mempunyai gambaran sebagai orang
yang penakut dan pesimis, maka gambaran tersebut akan mempengaruhi
seluruh potensi dirinya yang ada sebagai seorang yang penakut. Ketakutan
dan keputus asaan seseorang dalam mencari rahmat Allah adalah karena
ketidak mampuan dan ketidak yakinan orang tersebut dalam menghadapi
masalah tersebut.
Firman Allah SWT dalam surat Al- Hijr ayat 52:
Artinya
52. Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan:
“Salaam”. Berkata Ibrahim: “Sesungguhnya kami merasa takut kepadamu”.
Kata “Wajilun” terambil dari kata “Wajal” yaitu kegoncangan hati akibat menduga akan terjadi sesuatu yang buruk[3]. Pantaslah Allah SWT sendiri berkata “aku menurut prasangkamu”[4].
Apabila kita memiliki prasangka buruk kepada Allah SWT, berarti kita
menghinakan diri sendiri dan bersiap untuk menerima keburukan tersebut.
Ajaran islam adalah ajaran yang positif, menghindari segala bentuk
negative sehingga harus tertanam pada jiwa kita bahwa alas an apapun
yang menggiring kita pada sikap pesimistis adalah bertentangan dengan
ajaran islam sendiri.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Hijr ayat 53:
artinya :
53. Mereka berkata: “Janganlah kamu merasa takut, Sesungguhnya kami
memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak
laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim.
Berfikir positif akan memberikan dorongan sikap dan tingkah lakuyang
positif pula. Jiwa yang positif tampak bergairah penuh antusiasme dan
keberanian yang sangat mendalam, dalam hidupnya tidak ada kata putus asa
dan menyerah, karena bagi Allah semuanya mudah, siapa saja yang Allah
kehendaki pasti dia akan mendapatkan rahmatNya, oleh karena itu tidak
pantas bagi orang yang beriktiar dalam mencari rahmat Allah
mempertanyakan apakah usahanya tersebut akan berhasil atau tidak, karena
hal tersebut mengandung keputusasaan.
Firman Allah dalam surat Al-Hijr ayat 54:
Artinya :
Berkata Ibrahim: “Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku padahal
usiaku Telah lanjut, Maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya)
berita gembira yang kamu kabarkan ini?”
Dan dalam surat Al-Hijr ayat 55, Allah berfirman:
Artinya:
Mereka menjawab: “Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan
benar, Maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa”.
Pada ayat 55 tersebut diatas memberikan dorongan kepada kita untuk
selalu percaya diri dan tidak merasa putus asa. Bagaimana mungkin kita
pesimis dan penakut, apabila sejak awal penciptaan manusia sudah
disiapkan untuk menjadi pemenang dan petarung yang hebat. Bukankah dari
berjuta-juta sperma yang memancar hanya satu yang berhasil untuk
memperebutkan indung telur, dan satu sperma yang berhasil membuahinya
itu tidak lain adalah kita! Yakinkan pada diri bahwa kita terlahir untuk
menjadi pemenang.
Termasuk kedalam golongan apakah orang-orang yang tidak percaya diri
dan putus asa itu? Sikap percaya diri dan tidak putus asa yang
dilandaskan pada iman, menyebabkan segala bentuk tekanan tidak dijadikan
sebagai kendala, tetapi sebuah tantangan yang akan membentuk
kepribadian dirinya menjadi lebih cemerlang. Sebaliknya orang yang
memiliki sikap tidak percaya diri, putus asa, dan pesimis adalah
termasuk orang-orang yang putus harapan, fasik dan sesat, serta kufur.
Firman Allah SWT:
Artinya:
Ibrahim berkata: “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat”.(Q.S Al-Hijr 56)
Juga firman Allah dalam surat Yusuf ayat 87:
… Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”.
Dan firman Allah dalam surat Al-Imran ayat 82:
Artinya:
Barang siapa yang berpaling sesudah itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.
Balasan apa yang diterima bagi orang-orang yang percaya diri dan tidak
putus asa, serta serta balasan apa pula yang diterima bagi orang-orang
yang tidak percaya diri dan putus asa? Ada sebuah peribahasa “Berilah dan engkau akan menerima”
[5]. Pernyataan tersebut sederhana namun mengandung makna yang sangat
mendalam. Apa yang kita berikan itu pada dasarnya adalah apa yang akan
kita terima di masa yang akan datang. Kita begini dan begitu adalah
hasil dari pilihan kita sendiri.
Firman Allah SWT dalam surat Az-Zazalah ayat 7-8: Artinya:
7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
8. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
Semua perbuatan yang kita lakukan didunia akan dipertanggung jawabkan
di hadapan Allah SWT. Sekecil apapun perbuatan kita didunia akan
dipertanggungjawabkan di akherat kelak. Kata Az-Zarrah adalah semut yang
terkecil (maksudnya atom)[6] . Begitupun bagi orang yang tawakal,
percaya diri dan tidak putus asa dalam mencari ridho Allah, mereka kelak
akan menemui tuhanya dan akan mendapatkan balasan yang setimpal yaitu
surga. Dan bagi orang –orang yang melanggar perintah Allah akan dibalas
dengan siksaan yang pedih.
Firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 223:
… dan bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah bahwa kamu kelak akan
menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.
Apa yang dianugrahkan kepada kita adalah sesuatu yang jelas
mendatangkan manfaat bagi kehidupan kita sejak awalnya[7]. Ketahuilah
bahwa kelak kita akan menemui tuhanya dan akan membalas perbuatan yang
kita lakukan.
Itulah sekelumit tentang Konsep Percaya Diri Dalam Islam yang bisa saya
sampaikan, Benarnya semata-mata dari Alloh dan salahnya karena kebodohan
dan ketidak tahuan saya pribadi,mudahmudahan tulisanini bermanfaat
untuk kita semua......
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar